Monday, April 23, 2018

y

Thursday, April 5, 2018

Bahayakah Biskuit ‘Crispy Crackers’ yang Menyala Saat Dibakar?

1. Bahwa produk pangan yang mengandung lemak/minyak dengan kadar air rendah terutama yang berbentuk tipis, berpori, seperti krupuk, krekers, dan makanan ringan lainnya dapat terbakar/menyala jika disulut dengan api.
2. Bahwa produk pangan yang terbakar/menyala tersebut tidak dapat membuktikan adanya kandungan plastik dan/atau lilin di dalam produk pangan.
3. Bahwa untuk membuktikan adanya kandungan plastik dan/atau lilin diperlukan pengujian lebih lanjut di laboratorium.
4. Bahwa Badan POM telah melakukan evaluasi keamanan, mutu, dan gizi pangan termasuk terhadap semua bahan yang digunakan untuk pembuatan pangan olahan sebelum pangan tersebut diedarkan dengan nomor izin edar Badan POM (MD atau ML).
5. Sebagai perlindungan terhadap masyarakat, Badan POM terus melakukan pengawasan terhadap kemungkinan beredarnya produk yang tidak memenuhi syarat.
Sementera itu dalam penjelsannya, Wakil pimpinan Nissin, Agus Susanto G, crackers rasa keju ini mudah terbakar karena memiliki kandungan tepung terigu, gula, dan minyak. Selain itu, kandungan air yang rendah juga membuat biskuit ini menjadi kering sehingga mudah tersulut api.


Agus menyatakan hal yang sama juga akan terjadi pada produk yang sejenis. Selain itu, dalam surat tersebut, ia juga menuliskan perusahaan yang ia kelola telah memiliki izin edar dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) serta mengantongi sertifikat halal dari MUI.

Wednesday, April 4, 2018

Kerupuk Yang Mengandung Plastik


Kerupuk Yang Mengandung Plastik


Jakarta - Kerupuk yang digoreng pakai plastik kalau dibakar akan menyala dan menghitam. Itu menurut informasi yang beredar di internet. Tapi menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), kerupuk mirip uceng yang kalau dibakar pasti menyala.
Informasi cara membedakan kerupuk yang digoreng dengan plastik dan yang tidak memunculkan anggapan kerupuk semacam itu benar-benar ada di pasaran. Hal ini patut diwaspadai karena makanan yang digoreng dengan campuran plastik tentunya memunculkan dampak negatif kesehatan.

Direktur Inspeksi dan Sertifikasi Pangan Olahan BPOM, Ratmono, membantah informasi yang mengatakan bahwa kerupuk yang menyala saat dibakar pasti digoreng mengunakan plastik. Menurutnya, semua kerupuk kalau dibakar pasti akan menyala dan berubah menjadi hitam.

"Kerupuk itu kandungannya 75 persen tapioka, sifatnya kalau dibakar akan menjadi karbon. Jadi pasti akan menjadi hitam kalau dibakar, itu bukan karena digoreng dengan minyak mengandung plastik," tegas Ratmono saat dihubungi detikHealth, Kamis (7/2/2013).

Mengenai api yang menyala saat kerupuk dibakar, menurutnya itu juga tidak menunjukkan bahwa kerupuk tersebut digoreng menggunakan plastik. Saat digoreng dengan minyak apapun, kerupuk akan menyerap 18 persen minyak sehingga sifatnya menjadi mudah terbakar.

Saat kerupuk dibakar, nyala api berasal dari pembakaran minyak yang terserap dan bukan dari pembakaran plastik. Ratmono mengibaratkannya seperti uceng atau sumbu lampu minyak, yang mudah sekali terbakar karena menyerap minyak sebagai bahan bakarnya.

"Karena menyerap minyak, kerupuk jadi seperti ucengUceng itu seperti sumbu kalau di kampung saya. Itu kalau dikasih api ya pasti menyala. Baunya kadang-kadang memang mirip plastik," tambah Ratmono.

Ratmono menyayangkan beredarnya informasi tentang kerupuk mengandung plastik di internet. Menurutnya, informasi yang menyesatkan seperti itu akan sangat merugikan para pedagang kerupuk dan meresahkan masyarakat pada umumnya yang jadi takut makan kerupuk.

Makanan Kaleng Berbahaya

InnaLillahi wa Inna Illaihi roji'un
Assalammu'alaikum Wr Wb
Breaking News : Meneruskan info dr Ibu Dubes KBRI KL 
Berikut ada juga makanan kaleng yang berbahaya, tolong beritahu anak2 , suami, isteri dan semua teman2 Perhatian ; Mulai saat ini jangan makan makanan kaleng ,terutama buah2an , khususnya produksi Thailand. Karena di negara itu ada kira-kira 200 orang pengidap aids kerja di pabrik kalengan, dan mereka masukkan darah mereka ke dalam kalengan2 itu , dan saat ini masalah tersebut telah diketahui DepKes Thailand sehingga kaleng2an tersebut telah banyak di sita ttpi lebih banyak yg sdh terlajur diekspor. Contoh ; Lecy , Rambutan , Lengkeng , Mangga Puding dll. Setelah terima ini cepat kirim ke saudar2 n teman2 semua. Agar tidak konsumsi kalengan apapun...... Demi keselamatan kita semua. Info dr ibu dubes KBRI
(Rita Toisuta Arifson Kementrian Kesehatan RI)
Simak Beritanya :http://health.liputan6.hb/read/678535 {semoga bermanfaat}. Mohon bantu share ya. 

Pesan yang senada juga beredar di aplikasi chat, bunyinya:
"Beli makanan kalengan jangan beli dari negara tetangga (Thailand). 
(diumumkan pada hari ini tanggal 26 Agustus 2013 pukul 10.01)
** Rab, 28 Agu 11:28 **
Pemberitahuan genting dan penting: teman-teman dan keluarga tercinta, hati-hati konsumsi buah kaleng, khususnya buah kaleng produksi Thailand, karena 200 lebih penderita AIDS di Thailand dibawah pemimpin penderita AIDS menyerbu masuk ke pabrik-pabrik buah kaleng dan meneteskan darah bervirus. Mereka ke tempat pengolahan buah kaleng dalam pabrik-pabrik tersebut, hal ini sudah diakui kebenarannya oleh dinas kesehatan setempat. Dan untuk menghindari bertambah korban; produk buah2 seperti rambutan, puding mangga, lengkeng, ling Zi, ma yu dan lain-lain sudah diturunkan dari rak supermarket. Setelah terima info ini mohon di BC ke kontak2 anda! Mencegah selamanya lebih efektif daripada mengobati."
Humas BPOM Nelly ketika itu menyampaikan bahwa saat ini BPOM akan menyampaikan terlebih dahulu pada Kepala Biro Humas dan Kepala BPOM untuk menindaklanjut informasi tersebut.
Klarifikasi BPOM
Sebenarnya BPOM telah mengklarifikasi kabar burung tersebut pada 12 November 2014 dan menyampaikan bahwa informasi tersebut sepenuhnya tidak benar alias hoaks. Berikut bunyi pernyataan resmi BPOM yang juga bisa dilihat di tautan Klarifikasi : Produk Pangan Yang Tidak Aman Dikonsumsi Karena Mengandung Darah dan Virus HIV:
"Sehubungan dengan adanya pemberitaan di berbagai media sosial mengenai produk makanan kaleng impor asal Thailand yang mengandung darah dan virus HIV, Badan POM memandang perlu memberikan penjelasan sebagai berikut:
Badan POM melakukan evaluasi terhadap keamanan, mutu, dan gizi produk pangan impor sebelum diedarkan di wilayah Indonesia (pre-market evaluation).
Badan POM secara rutin melakukan pengawasan terhadap produk pangan yang beredar di wilayah Indonesia (post-market control).
Badan POM tidak pernah menemukan hal-hal seperti yang diberitakan tersebut, termasuk kandungan darah dan virus HIV dalam makanan kaleng, apalagi virus HIV tidak mampu bertahan hidup di luar host (tubuh manusia). Jadi pemberitaan tersebut adalah HOAX yang menyesatkan.
Masyarakat diimbau agar teliti membaca label. Jadilah konsumen cerdas yang tidak mudah terpengaruh isu yang beredar di media sosial.

HIV/AIDS Menular lewat Makanan Kaleng


tergopoh-gopoh mendatangi sang suami, Solahuddin, sambil menggenggam handphone. Tangannya menunjuk berita yang diawali dengan kalimat innalillahi wa inna ilaihi rojiun. "HIV/AIDS ternyata bisa menular lewat makanan kaleng, Pa," kata Firda.
Solahuddin yang awalnya agak tidak peduli jadi terperangah. Keduanya khawatir dengan berita itu karena selama ini sering mengonsumsi buah dalam kemasan kaleng.
Berita tersebut diterima dengan judul Meneruskan Informasi dari Ibu Dubes KBRI KL (Kuala Lumpur). Isinya, permintaan untuk memberi tahu anak-anak, suami, istri, dan semua teman agar tidak lagi mengonsumsi makanan kaleng. Terutama buah-buahan produksi Thailand.
Alasannya, di negara itu, ada sekitar 200 orang yang mengidap HIV/AIDS bekerja di pabrik buah kalengan. Para pekerja tersebut memasukkan darah mereka ke dalam buah kemasan kaleng yang dijual ke beberapa negara. Termasuk Indonesia.
Berita itu dibuat semakin meyakinkan dengan menyebutkan bahwa Departemen Kesehatan Thailand sudah me­ngetahui hal tersebut. Otoritas pemerintahan di sana juga sudah menyita banyak barang bukti. Tapi, lebih banyak lagi yang sudah telanjur beredar.
Buah kalengan berisi darah pengidap HIV/AIDS itu berupa leci, rambutan, kelengkeng, dan mangga. Pembuat berita itu meminta masyarakat untuk tidak mengonsumsi makanan kalengan apa pun demi keselamatan bersama.
Penulis berita juga mencantumkan nama Rita Toisuta Arifson yang disebut berasal dari Kementerian Kesehatan RI. Nama itu berada di bagian pesan paling bawah untuk menunjukkan sebagai identitas penyebar informasi.
Untuk lebih meyakinkan, dalam berita tersebut juga tertulis link berita dari sebuah portal online. Pembaca pesan itu diminta menyimak beritanya di link tersebut. Tapi, ketika diklik, sumber tersebut tidak ditemukan. Tidak ketinggalan, permintaan bantuan untuk menyebarkan berita tersebut di akhir berita.
Pesan berantai itu sangat cepat menyebar. Lewat grup percakapan, status media sosial, hingga pesan pribadi yang berantai. Sebenarnya pesan tersebut muncul sejak beberapa tahun lalu. Tapi, masih beredar dan terus tersebar sampai sekarang.
Wakil Duta Besar RI untuk Malaysia Andreano Erwin saat dikonfirmasi memastikan bahwa informasi itu palsu. Dia sudah mendengarnya sejak setahun lalu. Berita tersebut cepat tersebar melalui netizen. "Entah siapa yang memulai mengirim pesan seperti itu," katanya.
Sementara itu, Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Suratmono memastikan, isu yang berkembang tersebut tak benar. Menurut dia, hingga saat ini, BPOM tidak pernah menemukan hal-hal seperti yang diberitakan tersebut. Termasuk kandungan darah dan HIV dalam makanan kaleng.
"Apalagi, HIV tidak mampu bertahan hidup di luar host (tubuh manusia). Jadi, pemberitaan tersebut adalah hoax yang menyesatkan," tegasnya.
Suratmono memastikan, pihaknya selalu mengevaluasi keamanan, mutu, dan gizi produk pangan impor sebelum diedarkan di Indonesia. BPOM juga mengawasi produk pangan yang beredar di Indonesia. Karena itu, masyarakat tidak perlu panik.